Murakami
Jonjon Johana, M.Ed
Staf Jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran
Staf Pengajar Japanese Language & Culture Centre Bandung
Berkat prakarasa the Japan Foundation, Jakarta selama 4 hari (dari tanggal 25 sampai 28 Maret 2006) saya mengikuti simposium internasional dengan tema "A wild Haruki Chase, How the World is Reading and Translating Murakami". Sebenarnya saya tidak begitu percaya diri untuk mengikuti simposium ini karena saya tidak banyak tahu tentang sasta. Akan tetapi, dengan alasan karena saya menterjemahkan salah satu karya Murakami Haruki yang berjudul "Norwegian Wood" maka diundanglah saya untuk mengikuti simposium tersebut.
Simposium ini diikuti oleh wakil-wakil dari 17 negara, yang merupakan penerjemah-penerjemah serta pengamat karya-karya sastra Jepang termasuk karya Murakami Haruki. Dengan dipandu oleh 4 (Prof Shibata Motoyuki, Prof.Numano Mitsuyoshi, dan Prof Fujii Shouzo dari Tokyo University, serta Prof. Yomota Inuhiko dari Meiji Gakuin University), selama 2 hari (25-26 Maret) dilaksanakan diskusi dan workshop yang membahas bagaimana dunia menerima karya karya Murakami Haruki, serta sebagai aspek dalam rangka penerjemahan karya-karyanya, bertempat di Tokyo University, kampus Komaba. Pengunjung simposium ini berjumlah 600 orang, yang merupakan hasil seleksi pengundian dari peminat-peminat yang membludak jumlahnya.
Mendunianya Murakami Haruki dapat dilihat dengan banyaknya hasil karyannya yang diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia. Konon karya-karyanya sudah diterjemahkan ke dalam 30 bahasa lebih.
Dinegara negara lain, sudah banyak karya-karya Murakami yang diterjemahkan ke dalam bahasa masing-masing, sedangkan di Indonesia , baru sebuah karya saja, ini pun sudah sangat terlambat. Dinegara negara lain, karyanya sudah diterjemahkan tahun 80-an.
Begitu mendunianya Murakami, sampai-sampai di Korea ada beberapa kafe yang diberi nama judul judul karya Murakami ini. Di taiwan, anak anak mudanya banyak yang terinspirasi untuk menjadi novelis, setelah mereka membaca karya Murakami ini. Di Perancis, hasil karyanya yang diterjemahkan ada yang terjual habis dalam 3 hari setelah penerbitannya. Masih banyak bukti bukti bahwa Murakami Haruki ini sedang "boom" di dunia.
Tahun ini, Murakami mendapat hadiah Kafka. Menurut wakil dari Cheko, kalau orang sudah mendapatkan hadiah Kafka, biasanya otomatis mendapatkan juga hadiah Nobel.
Setelah mendengar pembicaraan dalam simposium tersebut, saya secara pribadi sangat mengharapkan karya-karya Murakami Haruki yang lain pun diterjemahkan pula ke dalam bahasa Indonesia. Karena dengan penerjemahan karya-karyanya, pengamat-pengamat dan pembaca pembaca sastra di Indonesia akan dapat menikmati hasil-hasil dari salah seorang pengarang dunia.